Kamis, 14 Agustus 2008

Di malam-malam yang tidak ada lagi suara, ketika segala yang bergerak menjadi diam, ketika hati jauh dari hiruk pikuk kehidupan yang congkak. Itu adalah saat-saat terindah untuk bersimpuh kepada Allah SWT. Saat yang tepat untuk mendidik jiwa ke puncak kejujurannya, bahwa ternyata kita bukan apa-apa.

Kurang lebih demikian sms salah seorang kawan di malam beranjak subuh itu. Seketika membuatku terjaga. Jiwaku cukup terengkuh kalimat-kalimat itu.

Kupikir, mungkin sudah begitu kenyang kau dengan ayat-ayat Al Quraan yang indah-indah. Ataukah risalah-risalah Rasulullah, para pendahulu-pendahulu kita. Hingga dari sudut keterbatasanku, sekejap itu aku menyadari eksitensi Ilahi.

Kembali, kepalaku menyesak bayangan kematian. Segala ada pada kehendakNya. Kita memang bukan apa-apa kawan! Tak lebih dari seonggok tanah tandus nan berdebu. Cukup hitung saja tepi gelap yang lamat-lamat terang itu, ataukah temaram warna jingga di tepi langit yang segera digerayangi gulita.

Bisa jadi detik berikut, jam, besok, lusa, kita akan mati. Terimakasih kawan, telah senantiasa mengingatkan waktu, menerangkan jalan menuju rahmatNya.

Tidak ada komentar: