Selasa, 02 Desember 2008

Malam, AJI, Teater dan identitas

Malam telah beranjak seperdua, namun mataku tak jua terpejam. Entah, apalagi sebab yang menekuk kantukku. Aku terus dalam pusaran terang. Sementara, angin Ac itu terus mendesir, berusaha menghempas nyamuk-nyamuk ganas yang emosi dan bernafsu tuk terus menggagahi seluruh tubuhku. Ugh! Malam yang malang. Aku hanya bisa merengkuh pada ketakberdayaan melawan pekat hitam di ruang hanya beralas secarik kain gorden jendela. Harusnya, aku ke rumah malam ini. Namun telah larut.