Pada perjalanan sebelumnya, kutahu persis, satu-satunya kekuatan mendorongku menulis- meski dengan tatanan tulisan tak karuan, adalah rasa. Kekuatan itu, acap kali membuatku tak mampu mengelak, lalu mematerikan tiap yang abstrak dalam huruf-huruf beku.
Tapi paruh waktu terakhir, kepekaan hati itu juga tak menuntun tanganku untuk bisa menggores kalimat. Sebaris pun tidak. Bahkan, banyak momen penting lewat begitu saja.
Mungkin ini saatnya memulai lagi. Setelah benar-benar kurasakan, banyak peristiwa penting, sangat penting, yang merupakan salah satu bagian dari sisi hidupku perlu diabadikan. Insya Allah, esok aku akan menulis lagi…
Mungkin ini saatnya memulai lagi. Setelah benar-benar kurasakan, banyak peristiwa penting, sangat penting, yang merupakan salah satu bagian dari sisi hidupku perlu diabadikan. Insya Allah, esok aku akan menulis lagi…
1 komentar:
nah kan, syukur dech..kak boim cepat-cepat sadar..sayangkan potensi nulisnya kalo dianggurin..menulislah biar tak dilupakan sejarah..he..he..
Posting Komentar