Senin, 13 Oktober 2008

SAHAJA

Bersendalah diantara ceruk bebatuan alam itu, saat senja menukik ke tepi langit
Lalu padi-padi di hamparan sawah nan luas pada lembah bukit-bukit mulai bunting
Pucuknya rekah, lalu bulir-bulirnya mekar menembus dingin berkebat di tanah orang desa

Bersendalah diantara jejak-jejak penyadap tuak saat subuh masih hening
Lalu punai-punai di belantara pepohonan mengicau ketika halimun masih putih
Suaranya pecah pada bebatuan kali yang menggigil, lalu ke muara diseret arus

Bercintalah ketika petani telah siap menyemai takdirnya
dari bulir-bulir padi yang menghampar
Sebab, bila tidak maka panen akan gagal

Jadi orang terusir dari tanah kelahiran
"DiTalli" tak akan pulang sebelum ditimpakan petaka

Bercintalah ketika musim tlah berganti
dimana hanya tinggal remah-remah bulir padi saja yang berterbangan
memenuhi jalan desa, serta aroma jerami terbakar

Jadi suci diantara gelagah melambai
bersahaja seperti embun bening pada daun menangkup
Meski, pada suatu waktu matamu tlah enggan menatapku..................

Tamalanrea 13 Oktober 2008
Saat lelah, usai meliput kampanye politik salah satu kandidat Walikota Makassar

Tidak ada komentar: